Beberapa
tahun terakhir ini, istilah teknoprenuership kerap sekali kita jumpai dan
dengar di berbagai media baik media cetak maupun media elektronik. Buku-buku
yang menggunakan istilah ini sebagai bagian dari judulnya sudah banyak
bermunculan. Bahkan, ada beberapa universitas yang mulai menawarkan technoprenuership sebagai
program studi dan membuka program master. Salah satu universitas di Asia yang
menawarkan Master Degree Program Technopreneurship adalah
Universitas Teknologi Nanyang (Nanyang Technological University – NTU)
Singapura. NTU bahkan memiliki pusat studi khusus untuk bidang ini yang dikenal
dengan nama Nanyang Technopreneurship Center (NTC).
Apakah Technopreneurship Itu?
Ditilik dari asal katanya, Technopreneurship merupakan istilah
bentukan dari dua kata, yakni ‘teknologi’ dan ‘enterpreneurship’. Secara umum,
kata Teknologi digunakan untuk merujuk pada penerapan praktis ilmu pengetahuan
ke dunia industri atau sebagai kerangka pengetahuan yang digunakan untuk
menciptakan alat-alat, untuk mengembangkan keahlian dan mengekstraksi materi
guna memecahkan persoalan yang ada. Sedangkan kata entrepreneurship berasal
dari kata entrepreneur yang merujuk pada seseorang atau agen
yang menciptakan bisnis/usaha dengan keberanian menanggung resiko dan
ketidakpastian untuk mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara
mengidentifikasi peluang yang ada (Zimmerer dan Scarborough, 2008).
Jika
kedua kata diatas digabungkan, maka kata teknologi disini mengalami penyempitan
arti, karena Teknologi dalam “technopreneurship” mengacu pada Teknologi
Informasi, yakni teknologi yang menggunakan komputer sebagai alat pemrosesan.
Menurut Posadas (2007), istilah technopreneurship dalam
cakupan yang lebih luas, yakni sebagai wirausaha di bidang teknologi yang
mencakup teknologi semikonduktor sampai ke asesoris komputer pribadi (PC).
Sebagai contoh adalah bagaimana Steven Wozniak dan Steve Job mengembangkan hobi
mereka hingga mereka mampu merakit dan menjual 50 komputer apple
yang pertama, atau juga bagaimana Larry Page dan Sergey Brin mengembangkan
karya mereka yang kemudian dikenal sebagai mesin pencari google. Mereka inilah
yang disebut sebagai para teknopreneur dalam definisi ini.
Dalam
wacana nasional, istilah technopreneurship lebih mengacu pada
pemanfaatan teknologi informasi untuk pengembangan wirausaha. Berbeda dengan
pengertian pertama diatas, jenis wirausaha dalam pengertiantechnopreneurship disini
tidak dibatasi pada wirausaha teknologi informasi, namun segala jenis usaha,
seperti usaha mebel, restoran, super market ataupun kerajinan tangan, batik dan
perak. Penggunaan teknologi informasi yang dimaksudkan disini adalah pemakaian
internet untuk memasarkan produk mereka seperti dalam perdagangan online(e-Commerce),
pemanfaatan perangkat lunak khusus untuk memotong biaya produksi, atau
pemanfaatan teknologi web 2.0 sebagai sarana iklan untuk wirausaha. Dalam
pengertian kedua ini, tidaklah jelas pihak mana yang bisa disebut sebagai technopreneur.
Dalam hal ini, kedua pengertian ini akan digunakan secara bersama-sama.
A. Technopreneurship di
Asia
Jika
kita menengok ke 2 -3 dekade yang lalu, maka sebut saja Taiwan, Korea Selatan
dan Singapura masih digolongkan sebagai Negara Berkembang. Namun sekarang
negara-negara ini telah menjadi negara maju dengan perekonomian yang didasarkan
pada Industri teknologi. Perkembangan Korea diawali dengan industri tradisional
kemudian diikuti oleh industri semikonduktor. Sedangkan Singapura memiliki
kontrak di bidang elektronik dengan perusahaan-perusahaan barat kemudian
diikuti juga oleh manufaktur semikonduktor. Taiwan terkenal dengan industri
asesoris komputer pribadi (PC). Rahasia lain yang membuat perkembangan
negara-negara ini melejit adalah adanya inovasi.
Inovasi
di bidang teknologi Informasi inilah yang juga membuat India berkembang dan
menjadi incaran industri dunia barat baik bagi outsourcing maupun
penanaman modal. Contoh teknologi yang dikembangkan oleh India adalah
sebuah Handheld PC yang disebut sebagai simputer. Simputer
dikembangkan untuk pengguna pemula dan dari sisi finansial adalah pengguna
kelas menengah bawah. Simputer dijalankan oleh prosesor berbasis ARM yang murah
dan menggunakan sistem operasi berbasis opensource. Harga di
pasaran adalah sekitar $200.
Inovasi
India yang luar biasa datang dari perusahaan Shyam Telelink Ltd. Shyam Telelink
memperlengkapi becak dengan telefon CDMA yang berkekuatan 175 baterai. Becak
inipun diperlengkapi juga dengan mesin pembayaran
otomatis. Penumpang becak bisa menelpon dan tarif yang dikenakan
adalah sekitar 1.2 rupee per 20 menit. Lalu perusahaan ini mempekerjakan orang
yang tidak memiliki keahlian untuk mnegemudikan becak. Upah para pengemudi
becak tidak didasarkan pada gaji yang tetap namun merupakan komisi sebesar 20%
dari tiap tarif telepon yang diperoleh (Wireless week, 2003).
Di
Filipina, perusahaan telepon SMART mengembangkan metode untuk melayani transfer
pengiriman uang dari para pekerja Filipina yang diluar negeri melalui telepon
seluler dengan SMS. Menurut laporan Asian Development Bank (ADB), SMART dapat
meraup sekitar US $14 – 21 trilyun per tahunnya dari biaya transfer program
ini.
China
mengikuti jejak yang sama. Perusahaan-perusahaan China mulai menunjukkan
kiprahnya di dunia internasional. Akuisisi IBM oleh perusahaan China Lenovo di
tahun 2004 dan akuisisi perusahaan televisi Perancis Thomson oleh Guangdong
membuktikan bahwa technoprenuership di China semakin kukuh.
Studi
Posadas menunjukkan bahwa technopreneurship di Asia berkembang
disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, faktor inovasi yang diinsiprasikan oleh
Silicon Valley. Jika revolusi industri Amerika di abad 20 yang lalu dipicu oleh
inovasi yang tiada henti dari Silicon valley, maka negara-negara Asia berlomba
untuk membangun Silicon Valley mereka sendiri dengan karakteristik dan
lokalitas yang mereka miliki.
Kedua,
Inovasi yang dibuat tersebut diarahkan untuk melepaskan diri dari
ketergantungan dunia barat. Sebagian besar teknologi yang diciptakan oleh dunia
barat diperuntukkan bagi kalangan atas atau orang/instansi/perusahaan yang kaya
dan menciptakan ketergantungan pemakaiannya. Sementara itu sebagian besar
masyarakat (baca pasar) Asia belum mampu memenuhi kriteria pasar teknologi
barat tersebut. Masih banyak masyarakat asia yang memiliki penghasilan dibawah
$1 per hari, sehingga mereka tidak memiliki akses ke teknologi yang diciptakan
oleh dunia barat. Ini merupakan peluang yang besar bagi para teknopreneur untuk
berinovasi dalam menciptakan sebuah produk teknologi yang menjangkau masyarakat
marginal.
B. Arah technopreneurship
di Indonesia
Sebagian
besar wacana di negara kita mengarahkan technopreneurship seperti
dalam definisi kedua di atas. Baik dalam seminar, lokakarya dan berita, maka
bisa dijumpai bahwa pemakaian teknologi Informasi dapat menunjang usaha
bisnis. Terlebih dimasa krisis global seperti sekarang ini, maka peluang
berbisnis lewat Internet semakin digembar-gemborkan. Ada kepercayaan
bahwa technopreneurship menjadi solusi bisnis dimasa lesu
seperti ini. Sebagai contoh, penggunaan perangkat lunak tertentu akan
mengurangi biaya produksi bagi perusahaan mebel. Jika sebelumnya, mereka harus
membuat prototype dengan membuat kursi sebagai sample dan
mengirimkan sampletersebut, maka dengan pemakaian perangkat lunak
tertentu, maka perusahaan tersebut tidak perlu mengirimkansample kursi
ke pelanggan, namun hanya menunjukkan desain kursi dalam bentuk soft-copy saja.
Asumsi ini tidak memperhitungkan harga lisensi software yang
harus dibeli oleh perusahaan mebel tersebut.
Jika technopreneurship dipahami
seperti dalam contoh-contoh ini, maka kondisi ini menyisakan beberapa
pertanyaan: Apakah benar technopreneurship mampu menjadi
solusi bisnis di masa kini? Akan dibawa kemanakah arah technoprenership di
negara kita? Menurut hemat penulis, technopreneurship yang
dipahamai dalam makna yang sesempit ini justru akan menjadi bumerang bagi
pelaku bisnis, karena ini akan menciptakan ketergantungan terhadap teknologi
buatan barat. Dan ini tidak sejalan dengan semangat technopreneurship yang
dikembangkan oleh negara-negara Asia lainnya. Selain itu, inovasi yang
berkembang belum mampu melepas ketergantungan tersebut karena masih berskala
individu, seperti inovasi dan kreatifitas dalam pembangunan website,
penggunaan teknologi web 2.0 sebagai media promosi. Inovasi yang diharapkan
adalah inovasi dalam pengembangan kapasitas lokal dengan basis teknologi dari
dunia barat, sehingga hasil inovasi tersebut mampu melepaskan kita dari
kungkungan ketergantungan penggunaan lisensi dan ketergantungan teknologi
barat.
Untuk
dapat menuju ke arah yang sama seperti neagara-negara tetangga kita lainnya,
maka hal pertama yang perlu dilakukan adalah melakukan dekonstruksi
pemahaman technopreneurship. Ini penting sekali karena kita semua
tahu bahwa persepsi menentukan aksi. Dengan pemahaman technopreneurship seperti
dalam definisi pertama maka akan memungkinkan bermunculannya para technopreneurship sejati
yang akan membawa negara kita berjalan bersama-sama dengan India, Korea Selatan
maupun Taiwan.
Memasuki
millenium ketiga peradaban manusia, semakin nyata bahwa bisnis teknologi akan
menjadi tumpuan utama pengembangan kesejahteraan. Kata enterpreneur bagi
sebagian orang mungkin sudah tidak asing, namun harus diakui, bahwa sebenarnya
definisi Enterpreneur itu sendiri masih belum disepakati secara menyeluruh dan
memuaskan oleh semua pihak. Ada yang mengartikan sebagai orang-orang yang
pandai melihat peluang usaha serta menerjemahkannya menjadi peluang nyata yang
memiliki nilai tambah. Tetapi ada juga yang mengartikan sebagai seorang
inovator yang menggabungkan teknologi yang berbeda, dan konsep-konsep bisnis
untuk menghasilkan suatu produk barang atau jasa baru yang mampu mengenali
setiap kesempatan yang menguntungkan, menyusun strategi, dan yang berhasil
menerapkan ide-idenya. Selain itu ada lagi yang mengartikan mereka yang mampu
memajukan perekonomian masyarakat dengan berani mengambil resiko, tapi
bagaimana dengan teknopreneur? Teknopreneur berarti orang yang bekerja/berusaha
di bidang teknologi dan istilah tersebut mulai muncul ketika internet mulai
dikenal masyarakat Bisnis teknologi, yang mencakup setiap produk teknologi atau
teknologi yang digunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi,
disamping tentunya profit, umumnya dimotori oleh yang namanya teknopreneur.
Teknopreneur
adalah penamaan bagi entrepreneur yang mengembangkan bisnis berdasarkan
kemampuan dalam berinovasi dan memanfaatkan ilmu pengetahuan serta teknologi
sebagai basis. Fakta selama ini menunjukkan bahwa, perusahaan yang membangun
dan mengembangkan teknopreneurship, akan tetap bertahan dalam ketatnya persaingan
bisnis dan mampu mengembangkan inovasi untuk kemajuan bisnisnya. Proses inovasi
pada bisnis teknologi tidak selamanya melalui suatu penelitian yang intensif di
laboratorium. Proses inovasi dapat juga dilakukan dengan perubahan kecil pada
teknologi yang sudah ada, sesuai dengan perkembangan pasar. Untuk itu,
tersedianya informasi yang aktual, faktual serta komprehensif sangat
dibutuhkan. Untuk itu, dengan mengkoordinasikan kegiatan, mengelola modal atau
sarana produksi, yang dilengkapi dengan mengenalkan fungsi produksi baru, serta
memiliki respon kreatif dan inovatif terhadap suatu perubahan yang terjadi,
sudah menjadikan semacam syarat yang tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh
pemimpin bisnis.
Kisah
perjalanan bisnis seorang teknopreneur berawal dari ketidaksengajaan
harddisk-nya yang rusak karena dijatuhkan oleh putrinya, Dion melihat peluang
untuk menggeluti bisnis penyelamatan data. Terdapat film cerita tentang adanya
program IT yang coba diterapkan di lingkungan sebuah sekolah elit. Dengan
memanfaatkan kecanggihan teknologi, semua standar keamanan hingga kegiatan
belajar mengajar di sekolahan itu dikontrol oleh satu mesin komputer yang
berada di tengah-tengah laboratorium sekolah. Intinya tempat tersebut bakal
dijadikan sebagai model bagi proyek pengembangan sekolah yang menerapkan
teknologi canggih di masa depan. Namun tragis, programnya telah disusupi virus
yang merupakan program pembantai, Mangler, sesuai judul filmnya. Sehingga
sistem keamanan tingkat tinggi yang dipakai untuk melindungi setiap warganya,
akhirnya justru berbalik menyerang dan membunuh seluruh penghuni di dalamnya.
Memang, teknologi digital boleh diakui merupakan lompatan bagi peradaban
manusia. Disadari atau pun tidak, kehidupan kita semakin tergantung kepada
penggunaan teknologi yang mampu menyajikan berbagai kemudahan. Di sisi yang
lain kerusakan data digital bisa menjadi rentan akibat faktor kecelakaan serta
akibat kesalahan oleh tangan manusia yang mengoperasikannya. Bayangkan, betapa
akan memusingkan apabila database para nasabah sebuah bank tiba-tiba lenyap
gara-gara salah menekan tombol format atau serangan software jahat, misalnya.
Antisipasi
akan hal seperti itu dikenal jasa yang melayani recovery data, back up, dan
sejenisnya. Salah satunya MsDOT Research Data Recovery Specialist yang telah
ada sejak tahun 1997. Usaha ini pada awalnya didirikan pada 1990 di Malang
dengan nama MsDOT oleh 5 orang dari ITN, salah satunya Dion Handoyo. Pada 1995
MsDOT mendirikan jasa desain elektronika dengan nama CV. MsDOT Cipta
Elektronika. Lalu 1997 Dion mengembangkan sayap bisnis dan mulai memisahkan
diri dengan membuat jasa penyelamat data. Sehingga pada 2000 MsDOT telah
menjadi PT. MsDOT Cipta Mandiri bermarkas di Sidoarjo serta memiliki cabang di
Surabaya dan Malang. Pada mulanya ia hanya melayani perbaikan hard disk rusak
atau nodetect serta perbaiakan hard dsik bad sector saja. Baru sekitar 1999
jasa ini ia kembangkan menjadi recovery data dan bahkan juga menerima kursus
recovery data mulai Januari 2000. “Jasa penyelamatan data adalah jasa yang
bergerak di bidang penyelamatan data khususnya pada media hard disk, baik
karena kasus software, dalam arti terdapat kehilangan data yang berada di dalam
hard disk yang kondisinya oke atau baik. Maupun kasus hardware, kehilangan data
penting akibat hard disk dalam kondisi rusak,” papar lulusan Teknik Elektro ITN
dan pengajar Teknisi Komputer di beberapa lembaga pendidikan ini. “Akan tetapi
tidak hanya terbatas pada media hard disk saja, tetapi juga media CD,
flashdisk, memory card, dan disket,” tambahnya. Faktor ketidaksengajaan
disebutkan menjadi latar belakang Dion mengembangkan produk jasa penyelamat
data ini. Ide itu bermula ketika putri pertamanya, Rr. Dira Shufiyah dengan
tanpa sengaja menjatuhkan sebuah hard disk. “Saya coba untuk memperbaiki sendiri
hard disk tersebut dan akhirnya bisa,” kisahnya. Ketika itu ia belum memikirkan
adanya peluang bisnis. Namun secara kebetulan pada saat itu ia masih bekerja di
sebuah perusahaan distribusi hardware di samping menjadi pengajar. Banyak anak
muridnya yang memiliki hard disk rusak dan minta diperbaiki. Cukup melalui
mulut ke mulut, kini namanya dikenal hingga ke seluruh Indonesia. Dikatakan,
tiap minggu rata-rata 10 buah kasus bisa ditanganinya.
“Target
dari usaha saya sebetulnya tidak memandang siapa pun, baik itu instansi
pemerintah, swasta, mulai dari pelajar, rumah tangga, usaha kecil, kepolisian,
kedokteran, bank, dan lain-lain. Selama hard disk mereka ada data yang harus
direcovery pasti kami akan siap membantu,” ujarnya. Sejauh ini ia memang telah
berhasil membantu menyelamatkan data pelanggan yang berasal dari berbagai
kalangan, seperti perusahaan swasta, BUMN, perbankan, sekolahan,yayasan, rumah
sakit, perorangan, mahasiswa dan lain-lain. Cukup banyak komentar diberikan
oleh pelanggan yang telah tertolong sebagai testimonial dalam situsnya.
Layaknya
pakar, Dion menyediakan diri untuk memberikan konsultasi mengenai masalah data
yang hilang, prosedur perbaikan, nama file/ directory yang Anda butuhkan,
variabel biaya, lama pengerjaan, garansi perbaikan serta hal lainnya baik
melalui telepon atau bertemu secara langsung. “Jika setuju, pelanggan dapat
meminta analisa kerusakan tersebut kepada teknisi kami, hal ini dikenakan biaya
Rp 25 ribu,” paparnya. “Setelah itu, akan diprediksi biaya dan lama pengerjaan,”
sambungnya. Waktu standar yang dibutuhkan biasanya tiga hari sampai sebulan.
Hari pertama untuk pengecekan serta analisa kepastian biaya, hari kedua
memintakan konfirmasi pelanggan apakah bisa disetujui, dan baru mulai
pengerjaan pada hari ketiga. Lama pengerjaan masing-masing tergantung pada
tingkat kesulitannya. Jika tidak terlalu sulit penegerjaan bisa segera
diselesaikan. Bila tidak, hasilnya yakni berupa data dapat diperbaiki akan
diberitahukan segera. “Akan kami berikan daftar file dan directory yang dapat
diselamatkan untuk diperiksa. (Dapat dicek langsung pada saat pengambilan).
Klien dapat membawa media lain untuk menyimpan data atau diback up ke CD. Jika
telah disetujui dan telah dipastikan dapat dijalankan/ open, maka dapat diambil
serta menyelesaikan biaya administrasi,” tutur Dion. Besarnya biaya recovery
ditentukan oleh beberapa faktor, yakni dari kapasitas hard disk, operating
system yang dipakai, dan yang ketiga tergantung dari kasusnya. Sebuah hard disk
minimal Rp 200 ribu sedangkan untuk flash disk, floppy, CD ROM, dan memory card
adalah Rp 150 ribu. Untuk setiap kasus dikenai tarif Rp 400 ribu dengan
maksimal dikalikan tujuh atau sesuai jumlah kasusnya. Tetapi dikatakan, jaminan
data tidak selalu 100% dapat kembali sebab hal itu tergantung pada kasusnya
masing-masing. Namun apabila kasus software, sementara hard disk belum sempat
diutak-atik oleh orang lain, Dion memastikan kemungkinan data pulih bisa 100%.
“Akan tetapi kalau kasus hardware kemungkinannya 100%, meskipun tidak semua kasus,”
ungkapnya.
PengertianKewirausahaan
Wirausaha
adalah seseorang yang bebas dan memiliki kemampuan untuk hidup mandiri dalam
menjalankan kegiatan usahanya atau bisnisnya atau hidupnya. Ia bebas merancang,
menentukan mengelola, mengendalikan semua usahanya. Sedangkan kewirausahaan
adalah suatu sikap, jiwa dan kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang
sangat bernilai dan berguna bagi dirinya dan orang lain.
Kewirausahaan meruapakan sikap mental dan jiwa yang selalu
aktif atau kreatif berdaya, bercipta, berkarsa dan bersaahaja dalam berusaha
dalam rangka meningkatkan pendapatan dalam kegaitan usahanya atau kiprahnya.
Seorang yang memiliki jiwa dan sikap wirausaha selalu tidak puas dengan apa
yang telah dicapainya. Dari waktu-ke waktu, hari demi hari, minggu demi minggi
selalu mencari peluang untuk meningkatkan usaha dan kehidupannya. Ia selalu
berkreasi dan berinovasi tanpa berhenti, karena dengan berkreasi dan berinovasi
lah semua peluang dapat diperolehnya. Wirausaha adalah orang yang terampil
memanfaatkan peluang dalam mengembangkan usahanya dengan tujuan untuk
meningkatkan kehidupannya.
Pada hakekatnya semua orang adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri dalam emnjalankan usahanya dan pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya, keluarganya, msaayarakat , bangsa dan negaranya, akan tetapi banyak diantara kita yang tidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih baik untuk masa depannya, dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain, kelompok lain dan bahkan bangsa dan Negara lainnya. Istilah kewirausahaan, kata dasarnya berasal dari terjemahan entrepreneur, yang dalam bahasa Inggris di kenal dengan between taker atau go between. Pada abad pertengahan istilah entrepreneur digunakan untuk menggambarkan seseorang actor yang memimpin proyek produksi, Konsep wirausaha secara lengkap dikemukakan oleh Josep Schumpeter, yaitu sebagai orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru atau pun yang telah ada. Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sedangkan proses kewirausahaan adalah meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi. Istilah wirausaha dan wiraswasta sering digunakan secara bersamaan, walaupun memiliki substansi yang agak berbeda.
Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”.
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secarakreatif.
Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikutSuryana,2003yaitu: :
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.
Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha. Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan, (2) kemampuan menanggapi peluang, Berdasarkan hal tersebut maka definisi kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.” (Pekerti, 1997).
Pada hakekatnya semua orang adalah wirausaha dalam arti mampu berdiri sendiri dalam emnjalankan usahanya dan pekerjaannya guna mencapai tujuan pribadinya, keluarganya, msaayarakat , bangsa dan negaranya, akan tetapi banyak diantara kita yang tidak berkarya dan berkarsa untuk mencapai prestasi yang lebih baik untuk masa depannya, dan ia menjadi ketergantungan pada orang lain, kelompok lain dan bahkan bangsa dan Negara lainnya. Istilah kewirausahaan, kata dasarnya berasal dari terjemahan entrepreneur, yang dalam bahasa Inggris di kenal dengan between taker atau go between. Pada abad pertengahan istilah entrepreneur digunakan untuk menggambarkan seseorang actor yang memimpin proyek produksi, Konsep wirausaha secara lengkap dikemukakan oleh Josep Schumpeter, yaitu sebagai orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Orang tersebut melakukan kegiatannya melalui organisasi bisnis yang baru atau pun yang telah ada. Dalam definisi tersebut ditekankan bahwa wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Sedangkan proses kewirausahaan adalah meliputi semua kegiatan fungsi dan tindakan untuk mengejar dan memanfaatkan peluang dengan menciptakan suatu organisasi. Istilah wirausaha dan wiraswasta sering digunakan secara bersamaan, walaupun memiliki substansi yang agak berbeda.
Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5) mengemukakan definisi wirausaha sebagai berikut : “ An entrepreuneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the perpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and asembling the necessary resourses to capitalize on those opportunuties”.
Menurut Dan Steinhoff dan John F. Burgess (1993:35) wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola dan berani menanggung resiko untuk menciptakan usaha baru dan peluang berusaha. Secara esensi pengertian entrepreneurship adalah suatu sikap mental, pandangan, wawasan serta pola pikir dan pola tindak seseorang terhadap tugas-tugas yang menjadi tanggungjawabnya dan selalu berorientasi kepada pelanggan. Atau dapat juga diartikan sebagai semua tindakan dari seseorang yang mampu memberi nilai terhadap tugas dan tanggungjawabnya. Adapun kewirausahaan merupakan sikap mental dan sifat jiwa yang selalu aktif dalam berusaha untuk memajukan karya baktinya dalam rangka upaya meningkatkan pendapatan di dalam kegiatan usahanya. Selain itu kewirausahan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup. Pada hakekatnya kewirausahaan adalah sifat, ciri, dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif kedalam dunia nyata secarakreatif.
Dari beberapa konsep yang ada ada 6 hakekat penting kewirausahaan sebagai berikutSuryana,2003yaitu: :
1. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan dasar sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis (Acmad Sanusi, 1994).
2. Kewirausahaan adalah suatu kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda (ability to create the new and different) (Drucker, 1959).
3. Kewirausahaan adalah suatu proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan (Zimmerer. 1996).
4. Kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth) (Soeharto Prawiro, 1997).
5. Kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru (creative), dan sesuatu yang berbeda (inovative) yang bermanfaat memberi nilai lebih.
6. Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melaui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan kepuasan kepada konsumen.
Berdasarkan keenam konsep diatas, secara ringkas kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai sesuatu kemampuan kreatif dan inovatif (create new and different) yang dijadikan kiat, dasar, sumber daya, proses dan perjuangan untuk menciptakan nilai tambah barang dan jasa yang dilakukan dengan keberanian untuk menghadapi risiko.
Dari segi karakteristik perilaku, Wirausaha (entepreneur) adalah mereka yang mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan miliknya sendiri. Wirausaha adalah mereka yang bisa menciptakan kerja bagi orang lain dengan berswadaya. Definisi ini mengandung asumsi bahwa setiap orang yang mempunyai kemampuan normal, bisa menjadi wirausaha asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar dan berusaha. Berwirausaha melibatkan dua unsur pokok (1) peluang dan, (2) kemampuan menanggapi peluang, Berdasarkan hal tersebut maka definisi kewirausahaan adalah “tanggapan terhadap peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan serta membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif.” (Pekerti, 1997).
Sejalan dengan pendapat di atas, Salim Siagian (1999) mendefinisikan: “Kewirausahaan adalah semangat, perilaku, dan kemampuan untuk memberikan tanggapan yang positif terhadap peluang memperoleh keuntungan untuk diri sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan/masyarakat; dengan selalu berusaha mencari dan melayani langganan lebih banyak dan lebih baik, serta menciptakan dan menyediakan produk yang lebih bermanfaat dan menerapkan cara kerja yang lebih efisien, melalui keberanian mengambil resiko, kreativitas dan inovasi serta kemampuan manajemen.”
KARAKTERISTIKKEWIRAUSAHAAN
1.Motif Berprestasi Tinggi
Para
ahli mengemukakan bahwa seseorang memiliki minat berwirausaha karena adanya
motif tertentu, yaitu motif berprestasi (achievement motive). Menurut Gede
Anggan Suhanda (dalam Suryana, 2003 : 32) Motif berprestasi ialah suatu nilai
sosial yang menekankan pada hasrat untuk mencapai yang terbaik guna mencapai
kepuasan secara pribadi. Faktor dasarnya adalah kebutuhan yang harus dipenuhi.
Seperti yang dikemukakan oleh Maslow (1934) tentang teori motivasi yang
dipengaruhi oleh tingkatan kebutuhan kebutuhan, sesuai dengan tingkatan
pemuasannya, yaitu kebutuhan fisik (physiological needs), kebutuhan akan
keamanan (security needs), kebutuhan harga diri (esteem needs), dan kebutuhan
akan aktualisasi diri (self-actualiazation needs). Menurut Teori Herzberg, ada
dua faktor motivasi, yaitu:
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003 : 33-34)
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan kegagalan.
3. Memiliki tanggung jawab
personal yang tinggi.
4. Berani
menghadapi resiko dengan penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan
melihat tantangan secara seimbang (fiftyfifty). Jika tugas yang sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang
tantangan, tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang
memungkinkan pencapaian keberhasilan sangat rendah.
Motivasi (Motivation)
berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti to move atau menggerakkan,
(Steers and Porter, 1991:5), sedangkan Suriasumantri (hal.92) berpendapat,
motivasi merupakan dorongan, hasrat, atau kebutuhan seseorang. Motif dan
motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan berperilaku tertentu
untuk mencapai tujuan. Motif menghasilkan mobilisasi energi (semangat) dan
menguatkan perilaku seseorang. Secara umum motif sama dengan drive.
Beck (1990: 19),
berdasarkan pendekatan regulatoris, menyatakan “drive” sama seperti sebuah
kendaraan yang mempunyai suatu mekanisme untuk membawa dan mengarahkan perilaku
seseorang. Sejalan dengan itu,
berdasarkan teori atribusi Weiner (Gredler, 1991: 452) ada dua lokus penyebab
seseorang berhasil atau berprestasi. Lokus penyebab instrinsik mencakup (1)
kemampuan, (2) usaha, dan (3) suasana hati (mood), seperti kelelahan dan
kesehatan. Lokus penyebab ekstrinsik meliputi (1) sukar tidaknya tugas, (2)
nasib baik (keberuntungan), dan (3) pertolongan orang lain. Motivasi
berprestasi mengandung dua aspek, yaitu (1) mencirikan ketahanan dan suatu
ketakutan akan kegagalan dan (2) meningkatkan usaha keras yang berguna dan
mengharapkan akan keberhasilan (McClelland, 1976: 74-75).
Namun, Travers (1982:435) mengatakan bahwa ada dua kategori penting dalam motivasi berprestasi, yaitu mengharapkan akan sukses dan takut akan kegagalan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada dua indikator dalam motivasi berprestasi (tinggi), yaitu kemampuan dan usaha. Namun, bila dibandingkan dengan atribusi intrinsik dari Wainer, ada tiga indikator motivasi berprestasi tinggi yaitu: kemampuan, usaha, dan suasana hati (kesehatan). Berdasarkan uraian di atas, hakikat motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah rangsangan-rangsangan atau daya dorong yang ada dalam diri yang mendasari kita untuk belajar dan berupaya mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
Namun, Travers (1982:435) mengatakan bahwa ada dua kategori penting dalam motivasi berprestasi, yaitu mengharapkan akan sukses dan takut akan kegagalan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada dua indikator dalam motivasi berprestasi (tinggi), yaitu kemampuan dan usaha. Namun, bila dibandingkan dengan atribusi intrinsik dari Wainer, ada tiga indikator motivasi berprestasi tinggi yaitu: kemampuan, usaha, dan suasana hati (kesehatan). Berdasarkan uraian di atas, hakikat motivasi berprestasi dalam penelitian ini adalah rangsangan-rangsangan atau daya dorong yang ada dalam diri yang mendasari kita untuk belajar dan berupaya mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
2.Selalu Perspektif
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003 : 23). Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda dengan yang sudah ada.
Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
3 Memiliki Kreatifitas
Tinggi
Menurut Teodore Levit,
kreativitas adalah kemampuan untuk berfikir yang baru dan berbeda. Menurut
Levit, kreativitas adalah berfikir sesuatu yang baru (thinking new thing), oleh
karena itu enurutnya kewirausahaan adalah berfikir dan bertindak sesuatu yang
baru atau berfikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru. Menurut Zimmerer
dalam buku yang ditulis Suryana (2003 : 24) dengan judul buku “Entrepreneurship
And The New Venture Formation”, mengungkapkan bahwa ide-ide kreativitas sering
muncul ketika wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berfikir sesuatu yang
baru dan berbeda. Oleh karena itu kreativitas adalah menciptakan sesuatu dari
yang asalnya tidak ada (generating something from nothing). Inovasi adalah
kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan
persolan-persolan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan
(inovation isthe ability to apply creative solutions to those problems ang
opportunities to enhance or to enrich people’s live). “Sometimes creativity
involves generating something from nothing. However, creativity is more likely
to result in colaborating on the present, in putting old things together in the
new ways, or in taking something away to create something simpler or better”.
Dari definisi diatas, kreativitas mengandung pengertian, yaitu :
1. Kreativitas adalah
menciptakan sesuatu yang asalnya tidak ada.
2. Hasil kerjasama masa
kini untuk memperbaiki masa lalu dengan cara baru.
3. menggantikan sesuatu
dengan sesuatu yang lebih sederhana dan lebih baik.
Menurut Zimmerer(1996:7),
“creativity ideas often arise when entrepreuneurs look at something old and
think something new or different”. Ide-ide kreativitas sering muncul ketika
wirausaha melihat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu baru dan berbeda. Oleh
karena itu kreativitas adalah nenciptakan sesuatu dari yang asalnya tidak ada
(generating something from nothing). Rahasia kewirausahaan adalah dalam
menciptakan nilai tambah barang dan jasa terletak pada penerapan kreativitas
dan inovasi untuk memecahkan masalah dan meraih peluang yang dihadapi tiap hari
(applying creativity and inovation to solve the problems and to exploit
opportunities that people face every day). Berinisiatif ialah mengerjakan
sesuatu tanpa menunggu perintah. Kebiasaan berinisiatif akan melahirkan
kreativitas (daya cipta) setelah itu melahirkan inovasi. Menurut Zimmerer ada
tujuh langkah proses berpikir kreatif dalam kewirausahaan, yaitu:
Tahap 1: Persiapan
(Preparation)
Tahap 2: Penyelidikan
(Investigation)
Tahap 3: Transformasi
(Transpormation)
Tahap 4: Penetasan
(Incubation)
Tahap 5: Penerangan
(Illumination)
Tahap 6: Pengujian
(Verification)
Tahap 7: Implementasi
(Implementation)
4 Memiliki Perilaku
Inovatif Tinggi
Menjadi wirausaha yang
handal tidaklah mudah. Tetapi tidaklah sesulit yang dibayangkan banyak orang,
karena setiap orang dalam belajar berwirausaha. Menurut Poppy King, wirausaha
muda dari Australia yang terjun ke bisnis sejak berusia 18 tahun, ada tiga hal
yang selalu dihadapi seorang wirausaha di bidang apapun, yakni: pertama,
obstacle (hambatan); kedua, hardship (kesulitan); ketiga, very rewarding life
(imbalan atau hasil bagi kehidupan yang memukau). Sesungguhnya kewirausahaan dalam
batas tertentu adalah untuk semua orang. Mengapa? cukup banyak alasan untuk
mengatakan hal itu. Pertama, setiap orang memiliki cita-cita, impian, atau
sekurang-kurangnya harapan untuk meningkatkan kualitas hidupnya sebagai
manusia. Hal ini merupakan semacam “intuisi” yang mendorong manusia normal
untuk bekerja dan berusaha. “Intuisi” ini berkaitan dengan salah satu potensi
kemanusiaan, yakni daya imajinasi kreatif. Karena manusia merupakan
satu-satunya mahluk ciptaan Tuhan yang, antara lain, dianugerahi daya imajinasi
kreatif, maka ia dapat menggunakannya untuk berpikir. Pikiran itu dapat
diarahkan ke masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan berpikir, ia dapat
mencari jawabanjawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan penting seperti: Dari
manakah aku berasal? Dimanakah aku saat ini? Dan kemanakah aku akan pergi?
Serta apakah yang akan aku wariskan kepada dunia ini?
Dalam buku Berwirausaha
Dari Nol telah dapat disampaikan bahwa mereka:
1. digerakkan oleh ide dan
impian,
2. lebih mengandalkan
kreativitas,
3. menunjukkan keberanian,
4. percaya pada hoki, tapi
lebih percaya pada usaha nyata,
5. melihat masalah sebagai
peluang,
6. memilih usaha sesuai
hobi dan minat,
7. mulai dengan modal
seadanya,
8. senang mencoba hal baru,
9. selalu bangkit dari
kegagalan, dan
10. tak mengandalkan gelar
akademis.
Sepuluh kiat sukses itu
pada dasarnya sederhana, tidak memerlukan orang-orang yang luar biasa. Orang
dengan IQ tinggi, sedang, sampai rendah dapat (belajar) melakukannya.
5. Selalu Komitmen dalam
Pekerjaan, Memiliki Etos Kerja dan Tanggung Jawab
Seorang wirausaha harus
memiliki jiwa komitmen dalam usahanya dan tekad yang bulat didalam mencurahkan
semua perhatianya pada usaha yang akan digelutinya, didalam menjalankan usaha
tersebut seorang wirausaha yang sukses terus memiliki tekad yang mengebu-gebu
dan menyala-nyala (semangat tinggi) dalam mengembangkan usahanya, ia tidak
setengah-setengah dalam berusaha, berani menanggung resiko, bekerja keras, dan
tidak takut menghadapi peluang-peluang yang ada dipasar. Tanpa usaha yang
sungguh-sunguh terhadap pekerjaan yang digelutinya maka wirausaha sehebat
apapun pasti menemui jalan kegagalan dalam usahanya. Oleh karena itu penting
sekali bagi seorang wirausaha untuk komit terhadap usaha dan pekerjaannya.
6 Mandiri atau Tidak
Ketergantuangan
Sesuai dengan inti dari
jiwa kewirausahaan yaitu kemampuan untuk menciptakan seuatu yang baru dan
berbeda (create new and different) melaui berpikir kreatif dan bertindak
inovatif untuk menciptakan peluang dalam menghadapi tantangan hidup, maka
seorang wirausaha harus mempunyai kemampuan kreatif didalam mengembangkangkan
ide dan pikiranya terutama didalam menciptakan peluang usaha didalam dirinya,
dia dapat mandiri menjalankan usaha yang digelutinya tanpa harus bergantung
pada orang lain, seorang wirausaha harus dituntut untuk selalu menciptakan hal
yang baru dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber yang ada disekitarnya,
mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara baru
untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki
produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk memberikan
kepuasan kepada konsumen.
7 Berani Menghadapi Risiko
Richard Cantillon, orang
pertama yang menggunakan istilah entrepreneur di awal abad ke-18, mengatakan
bahwa wirausaha adalah seseorang yang menanggung risiko. Wirausaha dalam
mengambil tindakan hendaknya tidak didasari oleh spekulasi, melainkan
perhitungan yang matang. Ia berani mengambil risiko terhadap pekerjaannya karena
sudah diperhitungkan. Oleh sebab itu, wirausaha selalu berani mengambil risiko
yang moderat, artinya risiko yang diambil tidak terlalu tinggi dan tidak
terlalu rendah. Keberanian menghadapi risiko yang didukung komitmen yang kuat,
mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai memperoleh
hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objektif, dan merupakan umpan
balik (feedback) bagi kelancaran kegiatannya (Suryana, 2003 : 14-15). Kemauan
dan kemampuan untuk mengambil risiko merupakan salah satu nilai utama dalam
kewirausahaan. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai
atau berinisiatif. Menurut Angelita S. Bajaro, “seorang wirausaha yang berani
menanggung risiko adalah orang yang selalu ingin jadi pemenang dan memenangkan dengan
cara yang baik” (Yuyun Wirasasmita, dalam Suryana, 2003 : 21). Wirausaha adalah
orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk lebih mencapai
kesuksesan atau kegagalan daripada usaha yang kurang menantang. Oleh sebab itu,
wirausaha kurang menyukai risiko yang terlalu rendah atau terlalu tinggi.
Keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah
pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis. Kepuasan yang
besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara
realistis. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada
tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil.
8 Selalu Mencari Peluang
Esensi kewirausahaan yaitu
tanggapan yang positif terhadap peluang untuk memperoleh keuntungan untuk diri
sendiri dan atau pelayanan yang lebih baik pada pelanggan dan masyarakat, cara
yang etis dan produktif untuk mencapai tujuan, serta sikap mental untuk
merealisasikan tanggapan yang positif tersebut. Pengertian itu juga menampung
wirausaha yang pengusaha, yang mengejar keuntungan secara etis serta wirausaha
yang bukan pengusaha, termasuk yang mengelola organisasi nirlaba yang bertujuan
untuk memberikan pelayanan yang lebih baik bagi pelanggan/masyarakat.
9 Memiliki Jiwa
Kepemimpinan
Seorang wirausaha yang
berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan dan keteladanan. Ia
selalu ingin tampil berbeda, lebih dahulu, lebih menonjol. Dengan menggunakan
kemampuan kreativitas dan inovasi, ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa
yang dihasilkanya lebih cepat, lebih dahulu dan segera berada dipasar. Ia
selalu menampilkan produk dan jasa-jasa baru dan berbeda sehingga ia menjadi
pelopor yang baik dalam proses produksi maupun pemasaran. Ia selalu memamfaatkan
perbedaan sebagai suatu yang menambah nilai. Karena itu, perbedaan bagi
sesorang yang memiliki jiwa kewirausahaan merupakan sumber pembaharuan untuk
menciptakan nilai. Ia selalu ingin bergaul untuk mencari peluang, terbuka untuk
menerima kritik dan saran yang kemudian dijadikan peluang. Leadership Ability
adalah kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil memiliki kemampuan
untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), seorang pemimpin harus
memiliki taktik mediator dan negotiator daripada diktaktor. Semangat, perilaku
dan kemampuan wirausaha tentunya bervariasi satu sama lain dan atas dasar itu
wirausaha dikelompokkan menjadi tiga tingkatan yaitu: Wirausaha andal,
Wirausaha tangguh, Wirausaha unggul. Wirausaha yang perilaku dan kemampuannya
lebih menonjol dalam memobilisasi sumber daya dan dana, serta
mentransformasikannya menjadi output dan memasarkannya secara efisien lazim
disebut Administrative Entrepreneur. Sebaliknya, wirausaha yang perilaku dan
kemampuannya menonjol dalam kreativitas, inovasi serta mengantisipasi dan
menghadapi resiko lazim disebut InnovativeEntrepreneur.
10 Memiliki Kemampuan
Manajerial
Salah satu jiwa
kewirausahaan yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah kemampuan untuk
memanagerial usaha yang sedang digelutinya, seorang wirausaha harus memiliki
kemampuan perencanaan usaha, mengorganisasikan usaha, visualisasikan usaha,
mengelola usaha dan sumber daya manusia, mengontrol usaha, maupun kemampuan
mengintergrasikan operasi perusahaanya yang kesemuanya itu adalah merupakan
kemampuan managerial yang wajib dimiliki dari seorang wirausaha, tanpa itu
semua maka bukan keberhasilan yang diperoleh tetapi kegagalan uasaha yang
diperoleh.
11 Memiliki Kerampilan
Personal
Wirausahawan Andal.
Wirausahawan andal memiliki ciri-ciri
dan cara-cara sebagai
berikut:
Pertama Percaya
diri dan mandiri yang tinggi untuk mencari penghasilan dan keuntungan melalui
usaha yang dilaksanakannya.
Kedua,
mau dan mampu mencari dan menangkap peluang yang menguntungkan dan memanfaatkan
peluang tersebut.
Ketiga,
mau dan mampu bekerja keras dan tekun untuk menghasilkan barang dan jasa yang
lebih tepat dan effisien.
Keempat, mau
dan mampu berkomunikasi, tawar menawar dan musyawarah dengan berbagai pihak,
terutama kepada pembeli.
Kelima, menghadapi
hidup dan menangani usaha dengan terencana, jujur, hemat, dan disiplin.
Keenam, mencintai
kegiatan usahanya dan perusahaannya secara lugas dan tangguh tetapi cukup luwes
dalam melindunginnya.
Ketujuh, mau
dan mampu meningkatkan kapasitas diri sendiri dan kapasitas perusahaan dengan
memanfaatkan dan memotivasi orang lain (leadership/ managerialship) serta
melakukan perluasan dan pengembangan usaha dgn resiko yang moderat.
Faktor-faktor Yang
Menyebabkan Kegagalan Wirausahaan
Menurut Zimmerer (dalam
Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal
dalam menjalankan usaha barunya:
1. Tidak kompeten dalam
manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan
mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang
berhasil.
2. Kurang berpengalaman
baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya
manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
3. Kurang dapat
mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang
paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran
dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan
menghambat operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4. Gagal dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam
perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5. Lokasi yang kurang
memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan
keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan
sukar beroperasi karena kurang efisien.
6. kurangnya pengawasan
peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang
pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7. Sikap yang kurang
sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha
akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap
seteng
sangat menginspirasi
BalasHapusPerlu ditambah contoh-contoh orang berbisnis sebagai technoenterpriner
BalasHapus